Rabu, 14 November 2012

CURSED DESTINY

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Menulis yang  diadakan Penerbit Haru. Info: penerbitharu.wordpress.com

CURSED DESTINY


Aku selalu berdiri sendirian. Aku tidak pernah mempunyai teman. Ya tentu saja! Siapa yang akan mau berteman dengan seseorang yang mempunyai latar belakang gelap sepertiku, seorang pewaris tunggal keluarga mafia paling kejam di kota ini. Bukan berarti aku ingin mewarisi hal tersebut. Dan sejak saat itu, aku mulai menarik diri dari kehidupan sosial. Kemudian aku bertemu dengan Junya, seseorang dengan latar belakang keluarga yang bertolak belakang denganku. Junya merupakan putra komisaris polisi di kota ini.
Dia tahu aku membutuhkan teman. Setiap hari dia selalu mengikutiku, mengajakku berteman. Berulang kali memanggil namaku “Daichii” dengan santai. Awalnya aku menganggap dirinya mengganggu. Tapi aku sadar, dia selalu berada di sampingku setiap kali aku menoleh. Seringkali kami mempunyai pikiran yang sama, dan lambat laun tercipta koneksi di antara kami. Dia dan aku sama – sama bercita – cita menjadi polisi.
Walaupun aku menyukai pertemanan ini, tapi aku sadar aku harus menjauh darinya. Aku tahu walaupun aku melawan takdir, tapi darah iblis mengalir dalam darahku. Aku membenci diriku sendiri karena hal tersebut. Aku tidak mau membuat Junya terluka. Berulang kali aku sengaja menjauh darinya, dan bersikap dingin padanya. Namun Junya terus mendekatiku, tidak pernah peduli dengan apa yang telah kuperbuat.
Sampai kemudian aku sengaja menyakiti dirinya, supaya dia membenciku. Menyakitkan bagiku melakukan hal tersebut, namun aku berusaha tetap tenang. Sejak saat itu aku tidak pernah melihat dirinya lagi. Aku kembali sendirian, akhirnya temanku satu – satunya meninggalkanku. Walaupun berat, tapi aku terus meyakinkan diriku ini yang terbaik bagi kami berdua.
Seminggu kemudian tiba – tiba saja dia datang ke rumahku. Dengan cengirannya dia meminta maaf karena butuh waktu seminggu baginya untuk mencari info tentang rumahku. Tidak ada satupun yang berani memberinya info tentang rumahku, mereka semua ketakutan. Karena aku yang tidak mau bertemu dengannya, maka dia yang harus mendatangiku. Aku memandangnya terkejut. Kaget karena ternyata dia tidak meninggalkanku sama sekali. Aku bertanya padanya kenapa orang seperti dia mau berteman dengan orang sepertiku. Junya kemudian menatapku dan menjawab alasan dia mau berteman dengan diriku. Dia berkata satu hal yang membuatnya ingin melindungi dan berteman denganku. Bahwa aku orang yang baik. Hanya karena orangtuaku memilih jalan yang salah, tidak membuat diriku orang yang jahat. Aku memilih untuk berusaha menjadi polisi, dan itulah hal yang terpenting.

Persahabatan bukan hanya tentang diri kita menerima orang lain, tetapi juga membiarkan diri kita diterima orang lain.

Sampai sekarang dia merupakan orang yang sangat penting bagiku, karena dia adalah teman baik sekaligus teman pertamaku.