CURSED DESTINY
Aku selalu berdiri sendirian. Aku tidak pernah mempunyai
teman. Ya tentu saja! Siapa yang akan mau berteman dengan seseorang yang
mempunyai latar belakang gelap sepertiku, seorang pewaris tunggal keluarga
mafia paling kejam di kota ini. Bukan berarti aku ingin mewarisi hal tersebut. Dan
sejak saat itu, aku mulai menarik diri dari kehidupan sosial. Kemudian aku
bertemu dengan Junya, seseorang dengan latar belakang keluarga yang bertolak
belakang denganku. Junya merupakan putra komisaris polisi di kota ini.
Dia tahu aku membutuhkan teman. Setiap hari dia selalu
mengikutiku, mengajakku berteman. Berulang kali memanggil namaku “Daichii”
dengan santai. Awalnya aku menganggap dirinya mengganggu. Tapi aku sadar, dia
selalu berada di sampingku setiap kali aku menoleh. Seringkali kami mempunyai
pikiran yang sama, dan lambat laun tercipta koneksi di antara kami. Dia dan aku
sama – sama bercita – cita menjadi polisi.
Walaupun aku menyukai pertemanan ini, tapi aku sadar aku
harus menjauh darinya. Aku tahu walaupun aku melawan takdir, tapi darah iblis
mengalir dalam darahku. Aku membenci diriku sendiri karena hal tersebut. Aku tidak
mau membuat Junya terluka. Berulang kali aku sengaja menjauh darinya, dan
bersikap dingin padanya. Namun Junya terus mendekatiku, tidak pernah peduli
dengan apa yang telah kuperbuat.
Sampai kemudian aku sengaja menyakiti dirinya, supaya dia
membenciku. Menyakitkan bagiku melakukan hal tersebut, namun aku berusaha tetap
tenang. Sejak saat itu aku tidak pernah melihat dirinya lagi. Aku kembali
sendirian, akhirnya temanku satu – satunya meninggalkanku. Walaupun berat, tapi
aku terus meyakinkan diriku ini yang terbaik bagi kami berdua.
Seminggu kemudian tiba – tiba saja dia datang ke rumahku.
Dengan cengirannya dia meminta maaf karena butuh waktu seminggu baginya untuk
mencari info tentang rumahku. Tidak ada satupun yang berani memberinya info
tentang rumahku, mereka semua ketakutan. Karena aku yang tidak mau bertemu
dengannya, maka dia yang harus mendatangiku. Aku memandangnya terkejut. Kaget karena
ternyata dia tidak meninggalkanku sama sekali. Aku bertanya padanya kenapa
orang seperti dia mau berteman dengan orang sepertiku. Junya kemudian menatapku
dan menjawab alasan dia mau berteman dengan diriku. Dia berkata satu hal yang
membuatnya ingin melindungi dan berteman denganku. Bahwa aku orang yang baik.
Hanya karena orangtuaku memilih jalan yang salah, tidak membuat diriku orang
yang jahat. Aku memilih untuk berusaha menjadi polisi, dan itulah hal yang
terpenting.
Persahabatan bukan
hanya tentang diri kita menerima orang lain, tetapi juga membiarkan diri kita
diterima orang lain.
Sampai sekarang dia merupakan orang yang sangat penting
bagiku, karena dia adalah teman baik sekaligus teman pertamaku.
